Minggu, 20 Februari 2011

10 Sikap Pria yang Kerap Membuat wanita tertekan


Wanita diciptakan Tuhan dengan perasaan yang halus, karena itu terkadang tindakan dan sikap yang dianggap biasa oleh kaum pria, dapat melukai hati wanita. Mungkin seringkali seorang wanita terluka atau tertekan dengan sikap pasangannya namun ia enggan mengutarakan isi hatinya karena tak ingin memancing keributan dengan pasangannya. Akibatnya ini bisa berpengaruh pada performa di ranjang lho.. Tak percaya? Coba intip deh 10 sikap pria yang berpotensi membuat pasangannya tertekan..
angry1.jpg
Persoalannya, apakah kaum pria menyadari bahwa sesungguhnya ia adalah'personal enemy' bagi wanita pasangannya? Soalnya, banyak pria yang tidak menyadari bahwa tindakan dan sikap yang cenderung menekan dan dianggap normal dan biasa sebenarnya dapat menyebabkan rasa cemas jika berakumulasi terus menerus.
Inilah 10 sikap dan tindakan pria yang membuat wanita pasangannya tertekan dan rasa cemas:
1. Berpikir Negatif
Meskipun wanita dianggap makhluk pencemburu, tapi ada sejumlah pria yang berpikir negatif dan cenderung posesif pada pasangan wanitanya. Wujud dari terbiasa memfokuskan diri dari aspek-aspek negatif dari hubungannya dengan pasangan adalah melontarkan tuduhan tak beralasan ketika istri menjalin kerelasian dengan orang lain dan selalu mencari kesalahan dalam diri pasangannya. Hal ini karena hati dan pikiran sering dipenuhi pikiran negatif yang membuat ruang untuk cinta senakin tak ada. Akibatnya adalah kesempatan terhalang dan tidak memberi dukungan peningkatan produktivitas, sehingga menghilangkan eksistensinya. Padahal siapapun ia, perlu sosialisasi untuk menunjukkan jati diri. Kehilangan yang satu ini bisa menyebabkan kecemasan akut.
2. Bersikap Otoriter
Laki-laki yang bersikap keras dan otoriter bukan hanya tak disukai wanita, tapi juga memberi tekanan jiwa. Sekecil apapun persoalan di dalam rumah yang membutuhkan keputusan cepat tetapi harus menunggu suami adalah bentuk menjajah dan menguasai wanita. Termasuk menyepelekan peran istri dan tak banyak melibatkannya dalam mempertimbangkan sebuah masalah yang akan diputuskan. Sikap ini bisa meniadakan keberadaan wanita, sehingga membuat wanita tersebut tidak percaya diri, bimbang dan ragu-ragu.
3. Meragukan Kemampuan
Mengambil alih pekerjaan yang sedang dilakukan istri atau pasangan sembari disertai ucapan seperti "Tinggalkan itu pekerjaan. Kamu tidak akan bisa", bukan hanya meragukan kemampuan pasangan, tapi juga menyinggung perasaan. Istri merasa disepelakan, dianggap lemah dan tidak bisa mandiri. Ketika hal ini berlarut, maka yang terjadi adalah perasaan cemas karena tak tahu apa yang harus dilakukan atau khawatir apa yang dilakukan atau khawatir apa yang dilakukan tidaklah benar.
4. Hubungan Timpang Tak Setara
Hubungan interaktif suami istri yang sehat itu adalah sama atau setara. Hubungan yang baik tercipta berkat kerjasama dengan pasangan. Maka perkawinan yang melibatkan dua menusia yang bergabung menjadi satu bukan berarti salah seorang di antaranya mengendalikan yang lain atau bersikap menggurui. Konsep istri harus menurut suami, wanita harus patuh pada pria dipertanyakan atau malah tidak laku dalam rumah tangga sekarang. Setidaknya konsep itu harus disertai sikap saling menghargai dan bertanggung jawab.
5. Membawa Masalah ke Rumah
Membawa persoalan atau beban pekerjaan ke rumah. Istri didera kecemasan ketika baru saja melihat suami sampai di rumah sudah melepas nafas panjang yang ditarik kesimpulan sebagai adanya suatu beban yang sungguh berat, tetapi istri tak mampu untuk diajak diskusi. Ketika istri menanyakan bisa saja dianggap cerewet dan capur tangan, tapi ketika diam saja, tumbuh perasaan khawatir. Jadi serba salah.
6. Tidak Kompromis
Sifat cinta adalah fluktuatif, mengalami naik turun sebagai akibat berbagai hal. Istri yang bekerja karena kesibukannya tentu energinya tersita, bisa mengurangi kadar ekspresi cinta. Istri yang tak kalah sibuk di luar rumah juga akan tampak kelelahan sehingga dianggap mengabaikan suami karena lebih memprioritaskan anak-anak. Urusan rumah tangga terbengkalai dan suami tidak kompromi dan menyalahkannya, tanpa mau memberi kesempatan istri bicara.
7. Mengutamakan Menu Seks
Ada ungkapan, kebanyakan pria yang tepat tapi bukan di tempat yang tepat. Sementara, wanita yang tepat tapi disaat yang tidak tepat. Artinya, pria tidak bisa memahami bahwa wanita itu berbeda dalam hal keinginan seksualnya. Pria berpikir, wanita sama dengannya yang kapan saja bisa bercinta. Fokus bagi pria adalah pelayanan istri harus siap setiap saat tanpa mengindahkan kesiapan istri termasuk di dalamnya, puas atau tidak. Tak banyak pria yang mengerti bahwa adanya problem yang sedang dipikirkan wanita, sangat mempengaruhi siklus seksualnya.
8. Melecehkan Fisik
Perubahan fisik menjadi kia gemuk atau semakin kurus, seringkali dijadikan bahan ejekan, yang diterima istri sebagai pelecehan fisik. Kritik dan bahan gurauan secara terus menerus akan menyiutkan hati wanita pada kecemasan menjadi orang yang tak berarti atau akan disisihkan. Apalagi kalau pria tak memberi kesempatan kompromi dengan upaya istri untuk membenahi fisiknya untuk lebih menawan.
9. Suasana Tegang
Bagi wanita, hubungan intim yang mencapai orgasme akan membuat kenangan indah. Suasana yang tak tenang, kurang nyaman dan tidak dapat optimal mengekspresikan diri dalam bercinta, akan membuat suatu ketegangan tersendiri. Celakanya adalah jika pria tak mempedulikannya.
10. Tak Kunjung Usai
Sekalipun bagi wanita intercourse bukan segala-galanya dan tak selamanya penetrasi efektif, namun keunikan dari wanita adalah punya potensi yang sama dengan pria untuk mengalami multiorgasme. Namun, orgasme berulang bukanlah kebutuhan utama para wanita, bahkan banyak wanita yang tidak menyukainya karena justru membuat sakit dan tersiksa. Bagi wanita seperti ini, persepsi bahwa hubungan intim harus berlangsung selama mungkin adalah siksaan. Ia merasa cemas pada pasangan yang tak kunjung usai, sehingga tak bisa menikmati lagi.

Tidak ada komentar: